LAPORAN
PRAKTIKUM
DASAR KIMIA ANALISA
DASAR KIMIA ANALISA
II. NAMA PERCOBAAN : Penentuan Kadar Asam
NaCl dalam Kecap (Manis dan Asin) dan Minuman Isotonik dengan Menggunakan
Titrasi Argentometri
III. TUJUAN PERCOBAAN
: Menentukan Kadar Asam Cuka Dalam Kecap Dan Minuman Istonik
IV. DASAR
TEORI
Salah satu permasalahan
titrasi pengendapan adalah menemukan indikator yang cocok. Dalam titrasi yang
melibatkan garam-garam perak ada tiga indikator. Metoda Mohr menggunakan ion
kromat (CrO4-2) untuk mengendapkan Ag2CrO4
coklat. Metoda Volhard menggunakan ion Fe+3 untuk membentuk sebuah
kompleks yang berwarna dengan ion tiosianat (SCN-). Dan metoda
Fajans menggunakan indikator-indikator adsorbsi.
Persis seperti sistem
asam-basa bisa dipergunakan sebagai indicator untuk sebuah titrasi asam basa,
pembentukan satu endapan lain dapat dipergunakan untuk mengindikasi selesainya
sebuah titrasi pengendapan. Contoh yang paling terkenal dari kasus semacam ini
adalah titrasi Mohr klorida dengan ion perak, dimana ion kromat dipergunakan
sebagai indicator. Kemunculan awal endapan perak kromat berwarna
kemerah-merahan diambil sebagai titik akhir. Titrasi Mohr terbatas pada
larutan–larutan dengan nilai pH 6 sampai 10. Metode Mohr dapat diaplikasikan
dalam titrasi dari ion bromida dengan perak, dan juga ion sianida dalam
laruta–larutan yang sedikit alkalin. Efek–efek adsorbs membuat titrasi dari
dari ion-ion iodida dan tiosianat tidak memungkinkan. Perak tidak dapat
dititrasi dengan indikator kromat secara langsung. Perak kromat mengendap,
terlihat secara sekilas, terurai kembali secara lambat saat dekat dengan titik
ekivalen.
Metode Volhard didasari
oleh pengendapan dari perak tiosianat dalam larutan nitrit, denga ion besi
(III) dipergunakan untuk mendeteksi kelebihan ion tiosianat:
Ag+
+ SCN- AgSCN(s)
Fe3+
+SCN FeSCN2+
(Merah)
Metoda ini dipergunakan
untuk titrasi langsung perak dengan larutan standard tiosianat atau untuk titrasi
tidak langsung dari ion-ion klorida, bromida, dan iodida. Dalam titrasi tidak
langsung, kelebihan dari perak nitrat standar ditambahkan dan kemudian
dititrasi dengan tiosianat standard. Adsorbsi dan sebuah komponen organic
berwarna pada permukaan sebuah endapan dapat menyebabkan pergeseran elektronik
dalam molekul yang mengubah warnanya. Fenomena ini dapat dipergunakan untuk
mendeteksi titik akhir dari titrasi pengendapan garam-garam perak. Senyawa
organic yang dipergunakan untuk hal
seperti ini diacu sebagai indikatro adsorbsi (Day & Underwood.1999: 227-229).
Metoda
analisis pengendapan dapat digunakan apabila terbentuk senyawa yang sedikit
sekali larut. Misalnya suatu senyawa baru mengandung perak, maka dapatlah
dilarutkan contoh senyawa setelah ditimbang, dan kemudian ditamba hkan asam
klorida (HCl). Akan berbentuk perak klorida, AgCl, yang tidak larut, yang
saringt, dikeringkan dan kemudian ditimbang dengan hati-hati pada neraca analitis. Presentase perak dihitung sebagai
berikut:
Bobot
Ag =
Bobot molar Ag x 100%
Bobot molar AgCl
(Keenan.1984: 60-61)
Analisis pengabuan
dilakukan terutama untuk menentukan susunan senyawa karbon dan hydrogen dengan
oksigen, nitrogen, dan beberapa unsur lain. Untuk senyawa-senyawa lain
dilakukan dengan analisis pengendapan. Dalam cara ini komponen contoh yang
dianalisis diendapkan sebagai bahan tidak larut, yaitu endapan. Endapan ini
kemudian diperlakukan sedemikian rupa hingga mendapatkan padatan murni dari
susunan yang diketahui. Dari massa
padatan yang telah ditimbang dan berat contoh aslinya, presentase komponen
dalam contoh dapat ditentukan (Ralph H. Petrucci.1987: 72).
Titrasi argentometri merupakan teknik khusus yang dipergunkan untuk menetapkan
perak dan senyawa halide penetapan kadar zat analit didasari oleh pembentukan
endapan empat teknik argentometri
telah dikembangkan yaitu metode mohr,volhard,fajans dan liebig. Mohr
mengembangkan titrasi argentometri untuk mendapatkan kadar khlorida dan bromide
dalam suasana netral.larutan standar yang dipergunakan adalah perak
nitrat,dengan indikator kalium kromat.pada penambahan perak nitrat akan
terbentuk endapan berwarna putih sampai mencapai titik ekuivalen,penambahan
sedikit saja perak nitrat akan menyebabkan terjadi endapan merah yang berasal
dari perak kromat. Hal ini mengindikasikan bahwa seluruh klorida atau bromide
sudah bereaksi.
Teknik volhard,dikembangkan untuk menetapkan kadar perak, sedangkan
fajans dan liebig kedua-duanya mengembangkan teknik penetapan titik ekivalen
titrasi.fajans mengembangkan indicator adsorbsi, dimana warna teradsorbsi pada
permukaan endapan sehingga terjadi perubahan warna pada endapan sebagai titik
akhir titrasi.sedangkan Liebig terbentuknya larutan yang keruh karena adanya
senyawa kompleks sianida (Katsakane:2013)
Ada beberapa cara
titrasi pengendapan memakai ion perak diantaranya: cara Mohr, cara Volhard, dan
cara Fajans. Pada cara Mohr, ion – ion halida (Cl-, Br-,
I-) ditentukan dengan larutan baku perak nitrat dengan memakai ion
kromat atau peralatan yang sesuai untuk menentukan titik akhir titrsi. Pada
cara Volhard, ion perak dititrasi dengan larutan baku ammonium tiosufat
(NH2SCN) dengan memakai ion besi(III) sebagai indikator. Pada cara Fajans, ion
– ion halida ditentukan dengan perak nitrat memakai indikator jerap, yakni zat
warna fluorescein.
Proses
pengendapan yang terjadi selama titrasi dapat diungkapkan dengan bantuan kurva
titrasi. Kurva titrasi ini memberikan informasi yang berguna untuk pemilihan
suasana yang paling sesuai untuk pemeriksaan kimia. Kurva titrasi teoritis
dibuat berdasarkan persamaan kesetimbangan massa dan tetapan kesetimbangan
(dalam hal ini kelarutan). Perhatikan contoh titrasi larutan ion klorida 0,1 M
dengan cara Mohr berikut ini. Reaksi pengendapan yang terjadi dalam titrasi itu
adalah seperti berikut:
Cl- + Ag+
AgCl
Disini
tanda panah sebelum ion perak menunjukkan pentiter. Untuk mudahnya, perhitungan
akan dibagi menjadi dua bagian, yaitu sebelum dan sesudah titik kesetaraan.
Pada umumnya titrasi pengendapan didasarkan pada penggunaan larutan baku perak
nitrit sehingga cara titarsi ini sering dinamakan titrasi argentometri. Contoh
titrasi ini salah satunya antara lain titrasi cara Volhard. Pada titrasi ini
biasanya digunakan larutan baku perak nitrat 0,1 Molar dan larutan baku kalium
tiosianat 0,1 Molar.Kedua pereaksi ini dapat diperoleh sebagai zat baku utama,
namun kalium tiosianat agak mudah menyerap air sehingga larutanya perlu dibakukan dengan
larutan baku perak nitrat.
Larutan
baku perak nitrat dibuat dengan cara melarutkan langsung sejumlah perak nitrat
yang ditimbang dalam air atau dengan cara melarutkan logan perak dalam asam
nitrat. Jika perak nitrat dipakai untuk membuat larutan baku maka perak nitrat
harus dikeringkan dahulu selama dua jam pada suhu 1500C. Sedangkan
air yang dipakai sebagai pelarut harus air yang betul-betul murni atau air suling yang telah disuling kembali
jika tidak kekeruhan akan muncul Karena pengaruh ion klorida yang ada dalam
air. Dalam titrasi pengendapan zat yang ditentukan bereaksi dengan zat pentiter
membentuk senyawa yang sukar larut dalam air karena itu kepekatan zat yang
ditentukan itu berkurang selama berlangsungnya proses titrasi. Perubahan
kepekatan itu diamati dekat titik kesetaraan dengan bantuan indikator. Namun,
sebenarnya cara ini menghendaki persyaratan yang ketat sehingga pemakaiannya
terbatas dalam titrimetri. Persyaratanya itu adalah terjadinya kesetimbangan
yang beraneka harus berlangsung cepat, zat yang akan ditentukan harus bereaksi
secara stoikiometri dengan zat pentiter, endapan yang terbentuk harus cukup
sukar larut sehingga kesempurnaan reaksi sampai 99,9% (Harrizul Rivai.1999:
283-284).
Perak
nitrat (AgNO3) dapat digunakan sebagai titran pada titrasi Cl- atau
anion lain yang membenntuk endapan dengan Ag+. Kemajuan titrasi
dapat dikuti secara potensiometrik dengan elektrode perak dan suatu elektrode
pembanding. Pada titrasi tersebut akan diperoleh kurva berrbentuk sigmoid (seperti
huruf S). Titik ekivalen dappat diperoleh dengan bantuan plot Gran atau
dideteksi secara visual dengan menggunakan indikator berwarna.
V. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
-
Labu takar 100 mL 1 buah
-
Buret 50 mL 1 buah
-
Erlenmeyer 250 mL 3 buah
-
Pipet volume 25 mL 1 buah
-
Statif dan klem 1 buah
-
Botol semprot 1 buah
b. Bahan
-
Larutan AgNO3 0,1 N
-
NaCl Pa
-
KCl
-
Sampel isotonik
-
Sampel kecap
VI.
PROSEDUR
PERCOBAAN
20 ml isotonik
|
20 ml aquades
|
1 ml K2CrO4
|
Larutan AgNO3
|
endapan merah
bata
Catatan:
Titrasi dilakukan 2x
VII.
TUGAS PENDAHULUAN
1. Apakah yang dimaksud dengan titrasi
argentometri!
2. Jelaskan prinsip titrasi
Argentometri!
3. Jelaskan perbedaan, kekurangan, dan kelebihan
masing-masing metode Mohr, Volhard, dan
metode Fajans!
4. Apa yang dimaksud dengan garam ?
5. Apa yang dimaksud dengan kelarutan?
Jelaskan istilah Ksp.
6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan larutan encer,
larutan pekat, larutan jenuh, dan larutan lewat jenuh? Bagaimana cara membuat
larutan jenuh dan lewat jenuh?
7. Jelaskan bagaimana
terjadinya/terbentuknya suatu Kristal atau endapan !
Penyelesaian:
1. Titrasi
argentometri merupakan salah satu cara untuk menetapkan kadar suatu garam
berdasarkan reaksi pembentukan endapan dari komponen zat uji dengan titran
larutan perak nitrat.
2. Semakin
kecil kelarutan, maka endapan yang dihasilkan akan semakin banyak.
3. -
Metode Mohr (pembentukan endapan berwarna).
Menggunakan
indikator K2CrO4 dan titran AgNO3.
Kekurangan
: Hanya dapat dilakukan dengan kondisi larutan berada pada pH dengan kisaran
7-10 disebabkan ion kromat adalah basa konjugasi dari asam kromat.
Kelebihan
: Titrasi argentometri dengan metode Mohr dapat dipakai untuk menentukan
konsentrasi ion Cl-, CN-, dan Br -.
-
Metode Volhard (penentu zat warna yang mudah larut).
Menggunakan indikator Fe3+ dan titran
KSCN.
Kekurangan : Kation pengganggu berupa Hg
Kelebihan : Dapat dipakai untuk titrasi perak dan
larutan kosianat standar.
-
Metode Fajans (Indikator Absorbsi).
Menggunakan indikator adsorpsi menurut anion yang
diendapkan Ag+ dan titran AgNO3.
Kekurangan : Reaksi rentan terhadap
koagulasi.
Kelebihan
: Titik akhir yang mudah didapat.
4. Garam
merupakan senyawa netral yang dihasilkan dari reaksi antara asam dan basa.
5. Kelarutan
merupakan jumlah maksimum zat terlarut untuk dapat larut dalam suatu pelarut.
Ksp disebut sebagai Konstanta hasil kali kelarutan atau biasanya disebut
sebagai Hasil Kali Kelarutan. Jadi yang dimaksud dengan Hasil Kali Kelarutan
adalah konstanta kesetimbangan zat (
garam atau basa) yang kelarutannya kecil di dalam air.
6. -
Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit solute dibanding
solvent.
- Larutan
pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak solute dibanding
solvent.
- Larutan jenuh
yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut dan mengadakan
kesetimbangan dengan solut padatnya, larutan yang partikel-partikelnya tepat
habis bereaksi dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh
terjadi apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh.
Larutan jenuh dibuat dengan cara membuat suatu larutan dimana digunakan zat
terlarut dalam jumlah yang diperlukan untuk adanya kesetimbangan antara solute
yang terlarut dan yang tak terlarut
- Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu
larutan yang mengandung lebih banyak solute daripada yang diperlukan untuk
larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang tidak dapat lagi melarutkan
zat terlarut sehingga terjadi endapan. Larutan sangat jenuh terjadi apabila
bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh
(mengendap).
Larutan
lewat jenuh biasanya dibuat dengan cara membuat larutan jenuh pada temperatur
yang lebih tinggi. Pada cara ini zat terlarut harus mempunyai kelarutan yang
lebih besar dalam pelarut panas daripada dalam pelarut dingin.
7. Kristalisasi
adalah proses pembentukan kristal yang terjadi pada saat pembekuan, perubahan
dari fase cair ke fase padat. Mekanisme kristalisasi terjadi melalui dua tahap,
yaitu pembentukan inti (nucleation) dan pertumbuhan kristal (crystal growth).
Tahap pembentukan inti
Dalam keadaan cair
(temperatur relatif tinggi dan ada cukup energi), atom-atom tidak memiliki
susunan teratur tertentu, selalu mudah bergerak. Setelah temperatur mulai
turun, energi atom semakin rendah dan makin sulit bergerak, serta mulai
mengatur kedudukan relatifnya terhadap atom lain, mulai membentuk inti kristal
dan lattice. Dengan semakin turunnya temperatur, semakin banyak atom yang
bergabung dengan inti yang sudah ada atau membentuk inti baru. Setiap inti akan
tumbuh menarik atom-atom lain dari cairan atau dari inti yang tidak sempat
tumbuh untuk mengisi tempat kosong pada lattice yang akan terbentuk.
Tahap pembentukan butir
Setelah proses ini
selesai kristal-kristal ini bergabung dan membeku dan mempunyai banyak jenis
Kristal. Pada umumnya pertumbuhan kristal tidak merata yang artinya pertumbuhan
dalam arah tertentu lebih cepat.
VIII.
DATA
HASIL PENGAMATAN
No.
|
Sampel
|
V
AgNO3
|
Perubahan
warna
Sebelum Sesudah
|
Titik
Akhir
|
1.
|
20
ml isotonic
|
9
ml
|
Kuning kuning keruh
|
Merah
bata
|
2.
|
20
ml isotonic +
1
ml K2CrO4 + 20 ml aquades
|
5
ml
|
Kuning kuning keruh
|
Merah
bata
|
IX. REAKSI DAN
PERHITUNGAN
a. Reaksi
1.
Ag+ + Cl- →
AgCl (Putih)
2. Ag+
+ CrO42-
→ Ag2CrO4
(Merah Bata)
b. Perhitungan
Penentuan
kadar garam dalam minuman isotonik
V
AgNO3 =
=
=
7 mL
M
NaCl =
W
NaCl = (MNaCl . MrNaCl )/1000
= (0,049 . 58,3)/ 1000
= 0,003 gram
%
NaCl =
=
= 0,015 %
X. PEMBAHASAN
Penentuan kadar natrium klorida dalam sampel minuman isotonic dapat
dilakukan dengan metode titrasi argentometri. Titrasi argentometri dapat
didefinisikan sebagai suatu reaksi pembentukan endapan dari komponen zat uji
dengan titran larutan standar perak nitrat. Zat uji yang digunakan berupa minuman
isotonic poccary sweet. Berdasarkan jenis indicator dan teknik titrasi yang
dipakai, maka titrasi argentometri dapat dibedakan atas tiga jenis, antara lain
metode argentometri Mohr, Metode argentometri Volhard, dan metode argentometri
Fajans. Metode argentometri Mohr menggunakan indicator kalium kromat, sedangkan
titrannya berupa larutan standar perak nitrat. Indicator kalium kromat
digunakan pada titrasi antara ion halide dan ion perak. Metode argentometri
Volhard menggunakan indicator ion besi (III) dan titran larutan kalium
thiosianat. Metode argentometri Fajans menggunakan indicator adsorpsi menurut
anion yang diendapkan oleh ion perak dan titran yang digunakan berupa larutan
perak nitrat. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa, metode yang
digunakan pada percobaan ini termasuk ke dalam metode argentometri Mohr.
Sebelum larutan perak nitrat digunakan sebagai larutan baku, perlu
dilakukan standarisasi terlebih dahulu, karena larutan tersebut bukan termasuk
larutan standar primer tetapi termasuk larutan standar sekunder. Larutan
standar primer memiliki ciri khusus, diantaranya berat molekul besar, bersifat tidak
higroskopis, stabil, dan konsenterasinya telah diketahui secara pasti. Asam
oksalat salah satu contoh dari larutan standar primer. Sedangkan larutan
standar sekuder memiliki ciri-ciri berikut, bersifat higroskopis, berat molekul
rendah, konsenterasinya belum diketahui secara pasti dan tidak stabil. Contoh
larutan standar sekunder berupa larutan perak nitrat dan larutan natrium hidroksida.
Sebelum di titrasi, titrat berwarna kuning. Warna tersebut berasal dari
indicator kalium kromat yang berwarna orange. Hal ini disebabkan karena
terdapat atom kromat yang tergolong pada group d di system periodic unsure pada
senyawa tersebut mengalami eksitasi. Adanya orbital d yang kosong, memicu
electron yang berada pada orbital berenergy rendah untuk pindah ke orbital yang
berenergi tinggi, proses perpindahan ini membutuhkan sejumlah
energy/panas/kalor. Setiap electron tentunya selalu mencari kestabilan,
electron yang berada di orbital bernergi tinggi tidak mencapai kestabilan,
sehingga elektron tersebut berpindah ke orbitalnya semula, proses perpindahan
ini mengeluarkan sejumlah energy dalam bentuk spectrum warna yang bisa dilihat
oleh mata manusia.
Setelah dititrasi, titran secara perlahan berubah warna menjadi kuning
keruh. Karena mulai terbentuk endapan putih perak klorida. Kelebihan ion perak
paada titrat bereaksi dengan ion kromat membentuk endapan perak kromat yang
berwarna merah bata. Perak kromat mengendap terlihat secara sekilas, dan
terurai kembali secara lambat pada titik ekivalen. Titik ekivalen ditandai
dengan perubahan warna yang belum konstan. Jika perubahan warna sudah konstan,
maka sudah memasuki titik akhir titrasi. Artinya titrasi segera dihentikan.
Endapan dapat dikatakan sebagai padatan yang tidak larut dalam suatu zat
cair walaupun sebenarnya endapan tersebut mempunyai kelarutan sekecil apapun.
Endapan akan terbentuk bila ketetapan hasil kali kelarutan suatu senyawa
dilampaui. Semakin kecil kelarutan suatu endapan maka akan semakin kecil ukuran
partikelnya. Keberhasian proses pengendapan dipengaruhi oleh beberapa factor,
antara lain temperature, sifat alami pelarut, pengaruh on sejenis, pengaruh pH,
hidrolisis dan ion kompleks. Analisa yang digunakan analisa kualitatif dan
anaisa kuantitatif. Analisa kualitatif analisa kimia berdasarkan penglihatan
perubahan secara fisik dan melihat ada atau tidaknya zat yang terbentuk.
Analisa kualitatif digunakan ketika mpenentuan titik ekivalen dan titik akhir
titrasi. Analisa kuantitatif sebagai analisa kimia berdasarkan perhitungan.
Anaisa kuantitatif digunakan pada saat menghitung kadar natrium klorida yang
terkandung di dalam sampel.
XI.
KESIMPULAN
1. Warna kuning
keruh ketika titrasi disebabkan karena adanya prses pembentukan garam perak
klorida yang berwarna putih di dalam Erlenmeyer .
2. Metode Mohr
menggunakan indikator kalium kromat dan larutan standar perak
nitrat.
3. Titik akhir
titrasi ditandai dengan perubahan warna merah bata yang konstan
4. Warna merah bata
disebabkan karena ion perak berlebih dari perak nitrat (titran) yang bereaksi
dengan ion kromat dari indikator kalium kromat, membentuk endapan perak kromat.
5. Terbentuk
endapan perak kromat di dalam titrat (dalam Erlenmeyer) karena ketetapan hasil
kali senyawa tersebut telah dilampaui.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar